BSD City, 8 Desember 2025 – Sejak diinisiasi pada tahun 2009, berbagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang tersebar di seluruh Indonesia terbukti telah menjadi motor pendorong perekonomian daerah dan nasional. Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekenomian Indonesia yang dihimpun hingga akhir Juni 2025, KEK mencatat capaian positif sepanjang Semester I Tahun 2025 dengan total realisasi investasi kumulatif mencapai Rp286,8 triliun.
Peran Strategis KEK ETKI Banten dalam Mendorong Ekonomi Nasional
Kawasan Ekonomi Khusus Edukasi, Teknologi, dan Kesehatan Internasional (KEK ETKI) Banten yang juga dikenal dengan nama D-HUB SEZ di BSD City, kembali mempertegas perannya sebagai ruang strategis bagi diskusi tingkat nasional untuk menjadikan KEK sebagai kawasan inovasi dan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Melalui kolaborasi dengan SUAR, KEK ETKI Banten menjadi tuan rumah penyelenggaraan Roundtable Decision bertema “Kawasan Ekonomi Khusus Akseleratif, Atraktif: Tingkatkan Investasi dan Lapangan Kerja” yang digelar di Experience Center, Biomedical Campus, BSD City pada 2 Desember 2025.
Hadir dalam acara ini memberikan keynote speech yakni Budi Gunadi Sadikin (Menteri Kesehatan RI), dan Susiwijono Moegiarso (Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI). Turut hadir dalam diskusi, Rizal Edwin Manansang (Plt. Sekretaris Jenderal Dewan Nasional KEK), Juliani Kusumaningrum (Direktur Eksekutif KEK Kendal), Christine Hutabarat (Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour / InJourney Hospitality - KEK Sanur), Mulyawan Gani (Strategy Advisor of KEK ETKI Banten), Lindawaty Chandra (Kepala BUPP KEK ETKI Banten), Aviliani (Ekonom Senior dan Peneliti INDEF), Sutta Dharmasaputra (Founder & Editor in Chief SUAR.id) dan para pemangku kepentingan lintas sektor, seperti pelaku KEK, pebisnis, akademisi, dan perwakilan asosiasi industri.
Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan RI menambahkan, “Angka belanja industri kesehatan selama sepuluh tahun terakhir setiap tahunnya tumbuh 9–10%, tetapi pertumbuhan itu tidak serta merta menjadi angka pertumbuhan GDP sektor kesehatan, karena banyaknya aktivitas produksi produk kesehatan masih impor. Konsekuensinya, economic activities yang create value, create GDP, dan create jobs itu terjadi di luar negeri. Karena itu, saya sangat mendukung adanya inisiatif-inisiatif di Kawasan Ekonomi Khusus, baik manufacturing medical devices, pharmaceutical, hospital, laboratorium, maupun industri kesehatan lainnya, untuk membangun manufacturing facility di Indonesia, agar kontribusinya menjadi pertumbuhan ekonomi di dalam negeri dan menciptakan lapangan pekerjaan. Ke depan, industri kesehatan akan tumbuh luar biasa karena populasi Indonesia semakin menua , spending kesehatan meningkat, dan belanja kesehatan berpotensi naik dari Rp640 triliun menjadi Rp1.400 triliun. Opportunity ini besar sekali, sehingga saya ingin teman-teman terus mendorong konsep membangun industri di dalam negeri, khususnya industri kesehatan.”
Fokus Hilirisasi dan Transformasi Ekonomi di KEK Indonesia
Susiwijono Moegiarso, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, menambahkan, “Ketidakpastian ekonomi global masih cukup tinggi dan menjadi faktor penting dalam menentukan arah investasi. Saya mengapresiasi hadirnya forum diskusi yang diinisiasi oleh KEK ETKI dan SUAR. Kawasan Ekonomi Khusus memiliki peran penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pengembangan aglomerasi industri di Kawasan Industri dan KEK diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. KEK dalam Transformasi Ekonomi hadir melalui hilirisasi yang menambah nilai industri manufaktur, pertumbuhan Industri Jasa, ekonomi hijau dan biru, serta integrasi ekonomi domestik ke rantai pasok global, hingga pengembangan teknologi, inovasi & digitalisasi.“
Mulyawan Gani, Strategy Advisor KEK ETKI Banten/DHUB SEZ menyampaikan, "Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah serta Dewan Nasional KEK yang selama ini telah memberikan dukungan nyata bagi pengembangan KEK ETKI Banten. Dukungan ini juga memperkuat kemudahan investasi bagi investor lokal maupun global untuk mengembangkan usaha di Indonesia. Dengan daya tarik investasi jangka panjang, KEK menawarkan insentif fiskal seperti tax holiday/tax allowance, perizinan yang lebih sederhana, serta kelancaran arus barang dan tenaga kerja. Kami optimistis bahwa kolaborasi yang solid bersama pemerintah akan mempercepat terwujudnya KEK ETKI Banten/DHUB SEZ sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru yang berdampak luas bagi Indonesia."
KEK ETKI Banten merupakan salah satu KEK yang ditetapkan oleh Pemerintah pada 7 Oktober 2024 dan memberikan berbagai kemudahan investasi bagi investor lokal dan global untuk membangun usaha di bidang pendidikan, kesehatan, teknologi, serta ekonomi kreatif. D-HUB SEZ dirancang sebagai ekosistem terintegrasi yang menghubungkan inovasi, riset, dan industri, sehingga mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru serta mendorong percepatan transformasi digital dan kesehatan di Indonesia. Dengan dukungan infrastruktur modern serta insentif fiskal dan nonfiskal yang kompetitif, KEK ETKI Banten diharapkan menarik lebih banyak investasi berkualitas dan memperkuat posisi Indonesia dalam peta ekonomi regional.
Baca Juga: Kenali D-HUB SEZ: Pusat Inovasi Baru 4 Sektor Industri di BSD City
D-HUB SEZ BSD City: Platform Kolaborasi Pemerintah dan Akademisi

Lindawaty Chandra, Kepala Badan Usaha Pembangun dan Pengelola (BUPP) KEK ETKI Banten/DHUB SEZ mengatakan, ”Penyelenggaraan forum tingkat nasional ini menegaskan posisi D-HUB SEZ sebagai salah satu KEK paling prospektif di Indonesia, bukan hanya sebagai kawasan bisnis, tetapi sebagai platform strategis yang menciptakan ekosistem kolaboratif antara pemerintah, industri, dan akademisi. Melalui fasilitas modern, regulasi yang mendukung, dan jejaring internasional, D-HUB SEZ berkomitmen untuk menarik investasi berkualitas tinggi, untuk penciptaan lapangan kerja baru dengan memperkuat kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta.”
Dalam forum ini, para peserta diskusi sepakat bahwa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) terbukti mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan arus investasi domestik maupun global, penguatan ekspor, substitusi impor, serta penciptaan lapangan kerja. Meskipun kontribusinya signifikan, pengembangan KEK di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Saat ini Indonesia memiliki 24 KEK dengan total luas 20.912 hektare, jumlah ini jauh lebih kecil dibanding negara lain seperti India dengan 375 KEK, Filipina 419 KEK, serta negara-negara di kawasan seperti Thailand dengan luas KEK mencapai 622.000 hektare, Vietnam dengan luas KEK 1.623.000 hektare, dan Malaysia dengan luas KEK 2.147.300 hektare. Selain itu, beragam negara pesaing telah menawarkan insentif yang semakin kompetitif untuk menarik investor global.
Kunjungi : Website D-Hub DEZ
Diskusi peserta dan para panelis juga membahas mengenai Indonesia yang memiliki daya tarik kuat sebagai tujuan investasi berkat pasar yang besar dan posisi geografis yang strategis. Namun, investor kerap menghadapi keraguan akibat ketidakpastian regulasi dan kebijakan yang berpotensi berubah, sementara investasi bersifat jangka panjang. Karena itu, kepastian hukum menjadi faktor penting untuk memperkuat kepercayaan investor. Peserta diskusi juga menyoroti semakin luasnya sektor KEK, tidak hanya manufaktur tetapi juga pariwisata, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi kreatif, sehingga diperlukan sinkronisasi regulasi lintas kementerian. Setiap kementerian perlu menerbitkan Peraturan Menteri terkait KEK sesuai sektor industrinya, seperti yang telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, guna memastikan harmonisasi kebijakan dalam pelaksanaannya.
Pentingnya Kepastian Regulasi untuk Menarik Investor Global
Dalam operasional di lapangan, peran Dewan Nasional KEK dan Administratur KEK menjadi sangat sentral untuk menjembatani kepentingan antar-kementerian, pemerintah daerah, serta Badan Usaha Pengembang dan Pengelola. Untuk mendorong kinerja KEK agar lebih optimal, penguatan peran Administratur KEK menjadi kebutuhan mendesak. Kementerian maupun pemerintah daerah terkait perlu memberikan dukungan melalui perwakilan yang dapat memperlancar koordinasi dan memperkuat orkestrasi kebijakan KEK secara menyeluruh.
Hasil diskusi dalam forum ini diharapkan dapat menjadi rujukan strategis bagi seluruh Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia dalam memperkuat daya saingnya, mempercepat pertumbuhan investasi, dan meningkatkan kapasitas penciptaan lapangan kerja. Rekomendasi yang dibahas, mulai dari peningkatan kualitas tata kelola, penguatan ekosistem inovasi, hingga kolaborasi lebih erat antara pemerintah, industri, dan akademisi, menjadi masukan penting untuk memastikan KEK mampu beradaptasi dengan dinamika ekonomi global sekaligus memberikan dampak nyata bagi pembangunan nasional.





